JAKARTA – Sebagai salah seorang warga gampong pedalaman Aceh, yang pernah hidup dalam kondisi perang, suara letusan seakan bom membahana acap terdengar di telinga tidak kenal masa.
Rentetan senjata dan desiran peluru, tak luput dari ingatan.
Debut itu paling dirasakan sekitar tahun 2000 hingga Desember 2003 Mualem, sebelum daku hijrah ke sebuah negara nun jauh disana.
Terimakasih Panglima, Terimakasih Mualem, Terimakasih Muzakir Manaf, atas upaya, usaha dan ikhtiar mu, Perdamaian Aceh sudah terawat hampir 20 tahun.
Sebuah ungkapan yang harus disampaikan dengan rasa haru dan cucuran air mata yang nengalir membasahi pipi, perasaan yang mendalam, namun itulah rintihan sederhana yang selama ini terpendam di jiwa.
Daku yakin perjuangan mu menata semua ini tidaklah mudah, akan tetapi engkau sanggup melangkah melewati berbagai rintangan, desakan bahkan terkadang mungkin hinaan, dengan hati mu yang lapang.
Mualem, Engkau adalah raja yang setia, Engkau tidak pernah marah dengan anak bansa yang terkadang seakan terdengar mengumpat mu tanpa ampun.
Terkadang mungkin mencaci maki, tapi bagi mu tidak pernah ada kata menyerah dan menyalahkan anak bansa.
Krue Seumangat Panglima, hati mu cukup mulia, Engkau harus menjadi contoh bagi semua, sehingga damai ini abadi sepanjang masa.
“Biarlah sejarah mencatat betapa Aceh pernah miliki Muzakir Manaf sang Panglima yang gagah perkasa, miliki jiwa penyayang yang tiada tara, tidak pernah butuh di sanjung dan dipuja”.
Karena bagi mu, nilai bukan pada apa yang orang kata, tapi apa yang bisa diri mu lakukan untuk bansa.
Beda, tentu beda, semua orang pasti beda, kalau pun bisa ketemu yang sama tapi tidak serupa.
“Lon beut jaroe Mualem (daku angkat tangan Mualem), Lon tabeek Mualem (daku hormat Mualem)”.
Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat kepada mu dan keluarga.
Allah angkat derajat mu, Allah sehat kan selalu dan Allah tambahkan rezeki mu.
Engkau pemimpin yang mampu dan berjiwa mulia Mualem.
Daku akhiri dulu disini warkah pendek ini, karena mataharipun mulai menyinari bumi dari upuk timur.
Jakarta, Sabtu 18 Mei 2024, Tarmizi Age ( Al Mukarram )
Munatdjaroeawakgampong