“Tapi, apa iya, itu berarti swasta bisa dinomorduakan? Dan gagal masuk PTN itu berarti ‘the end of the world’ macem Wakanda didatengin Thanos’’
Dalam publikasi bertajuk “Didominasi Kampus Swasta, Ini 7 Universitas Terbaik di Aceh Tahun 2024 versi UniRank (klikpendidikan.id, 8 Mei 2024), masuk dalam 7 besar hanya ada dua PTN yaitu Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar-Raniry, selebihnya dikuasai oleh PTS.
Hal ini bukanlah sesuatu yang secara otomatis diakui oleh masyarakat kita. Meskipun kualitas perguruan tinggi swasta tidak kalah dengan kebanyakan perguruan tinggi negeri, namun masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Salah satu penyebab kesan “minor” masyarakat terhadap PTS adalah karena sebelumnya lulusan masih dinilai berdasarkan reputasi universitasnya. Selama ini lulusan PTN dipandang masyarakat lebih unggul dibandingkan lulusan PTS, tampaknya pernyataan ini perlu dipertanyakan lagi untuk saat ini.
Dalam dunia kerja, fokusnya bukan lagi pada kualifikasi lulusan universitas. Namun yang lebih penting adalah kualitas nilai akademik, keterampilan dan usaha setiap lulusan.
Hal ini mendorong perguruan tinggi swasta untuk saling bersaing dan meningkatkan serta menonjolkan keunggulannya masing-masing, oleh karena itu, tidak heran jika lulusan PTS kini dianggap mampu bersaing dengan lulusan PTN. “PTN dan PTS mempunyai sistem pendidikan yang sama dan tujuan yang sama, yaitu mencerdaskan anak bangsa”.
Jadi sudah saatnya menghilangkan kesan minor yang selama puluhan tahun melekat pada PTS. PTS mesti duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan PTN.
Artinya, jangan ada orang tua yang merasa malu atau rendah diri terhadap anaknya yang kuliah di perguruan tinggi swasta.
Karena itu, bagi siswa yang tidak mampu menjadi mahasiswa PTN tidak perlu merasa kecil hati, keinginan untuk melanjutkan pendidikan dapat dipenuhi dengan memilih perguruan tinggi swasta (PTS) yang tidak kalah dari PTN.
Oleh : Denny Satria